Tidak. 5 huruf saja tapi tidak semudah itu menyatakan kata “tidak”. Belakangan saya menemukan orang-orang yang sulit sekali menyatakan ‘tidak’ meskipun hati dan pikirannya tidak setuju. Berat amat sih bilang “tidak” untuk ketidaksetujuan?
Saya menemukan fakta menarik bahwa faktor pendidikan dan pola asuh semasa kanak-kanak berpengaruh besar dalam hal ini. Sebagai contoh seorang kawan yang saat ini tengah menghadapi persoalan asmara. Jadian dengan pria pilihan orang tua, menyadari pria ini mengatur hidupnya bak polisi TMC Polda Metrojaya, namun sulit sekali memutuskan hubungan itu.
Orang-orang berjenis ini bisa saya kategorikan sebagai manusia ngga enakan. Pernah punya teman seperti itu kan? Coba cek latarbelakangnya. Apa orang tuanya terbiasa menjejali ia dengan hal-hal yang tak boleh ia tentang semasa kecil? Apa ia tidak terbiasa memutuskan sesuatu hal karena biasa mengikuti kehendak orang lain?
Hey, c’mon! You are the owner of your own happiness!
Go follow what you like to do, say what you love to say..
Ga salah kok untuk berbeda pendapat. Dan ga salah juga punya pendapat. Sebaiknya sih emang punya pendapat, kan uda dibekali pikiran dan hati nurani sama si Empunya hidup. Yuk ah berani ngomong “tidak” 🙂
Cimanggis, tepat 24.00 di 29 Agustus 2011..